Rabu, 15 Desember 2010

Kongres Akuntan Indonesia, saat Etika dan Integritas seperti terabaikan



| 11 December 2010 | 08:52
ekonomi.kompasiana.com

Kemarin, saya sengaja diminta seorang kawan untuk datang ke hajatan besar profesi akuntan. Bernama Kongres Ikatan Akuntan Indonsia (IAI). Acaranya mengambil tempat di sebuah hotel ternama dekat bundaran HI. Sesampainya di lokasi, kawan saya diminta meng-update keanggotaan, untuk beroleh kalung peserta sekaligus pemilih. Yah hitung-hitung bayar tiket masuk ujarnya, saat dimintai uang iuran. Yang bikin saya berkernyit dahi, bukan soal uang iurannya semata yang nilainya lumayan. Tapi, juga banyaknya antrean pendaftaran baru maupun pembaruan keanggotaan.
Apa gerangan yang menjadikan mrereka sebegitu antusias ikut kongres IAI dan rela keluar ratusan ribu Rupiah ? Tak mungkin hanya sekedar mencari santap siang dan coffe break di hotel bintang lima. Tamu artis ternama pun tak ada. Yang terlihat cukup mencolok justru ratusan orang berbaju batik lengan pendek layaknya seragam PNS atau pegawai BUMN di hari Jumat.
Cukup lama saya mengamati kondisi yang mengusik nalar sehat itu. Keheranan saya terjawab saat mendengar obrolan diantara sebagian peserta. Orang-orang berkostum batik tadi ternyata (sengaja) “digerakkan” oleh kantornya. Tujuannya, untuk mendukung kandidat Ketua atau Anggota Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI. Alamak…PNS dan pegawai BUMN yang semestinya di jam kantor melakukan tugas negara ternyata malah kluyuran untuk “urusan” profesi pribadi pimpinannya.
Salah seorang diantara mereka akhirnya buka suara. Dia dan ratusan temannya yang berprofesi auditor pemerintah/Negara “ditugaskan” untuk memenangkan sang pimpinan sebagai Ketua IAI. Tak lupa ditunjukkan isi SMS daftar nama kandidat yang diinstruksikan untuk dipilih. Saat saya tanya, kenapa mau terima instruksi seperti itu, dia hanya tersenyum sembari berujar “maklum mas, kami ini kan PNS yang harus taat pada instruksi pimpinan”.
Sontoloyo, batin saya. Kalian kan mengaku memiliki profesi yang terhormat, sebagai Akuntan. Hanya kebetulan saja bekerja di Pemerintahan. Tapi, kenapa sikapnya mirip rombongan pendemo bayaran di Bunderan HI yang terima saja perintah teriak-teriak dari pemberi order ? Di mana nalar kritis kalian ?
Saking gemesnya saya iseng tanya lagi ke Akuntan plat merah ini “Mas, tahu ga kalau GOLKAR sudah bukan lagi pemenang Pemilu ?” Dia bilang tahu. “Tahu ga sekarang era reformasi ?” Jawabnya pun “tahu”. Lantas kenapa masih mau disuruh-suruh pimpinan yang jelas tidak ada kaitan dengan tugas negara, apa dikasih duit ?Ah,mana berani, Mas” ujarnya. Jadi kenapa ? “Mas kali lupa, kalau kami ini masih anggota KORPRI alias Korban Printah”..wuakakakak…pinter juga ngelesnya Akuntan ini.
Selepas sholat Jumat, kasak kusuk menjelang pemilihan DPN IAI makin intensif. Terpampang sosok kandidat Ketua DPN “murah senyum” yang saat ini menjabat kepala lembaga pemerintahan non departemen urusan pemeriksaan dan pengawasan keuangan negara. Di ujung lift, seorang gadis muda menyodorkan brosur kandidat muda yang menggotong jargon “reformasi”. Masih ada lagi kandidat dari petinggi BUMN migas yang tidak ketinggalan membawa massanya sendiri.
Beberapa diantara peserta berbatik terbersit kegundahan. Mereka merasa belum begitu mengenal sosok sang pimpinan, tapi sudah “diwajibkan” memilihnya. Demi alasan nama baik dan kebanggaan instansi kilahnya. Wuih enak betul ya. Lantas, bagaimana mereka yakin pimpinannya bakal kepilih? Enteng mereka berujar “kami peserta terbanyak di kongres ini, Mas”. “Memang berapa banyak rombongan kalian”, saya bertanya lagi. “ada lah bangsa 500-an”..”belum lagi nanti dapat dukungan dari Auditor plat merah lain” imbuhnya..”siapa” ? tanya saya…”tuh ! ”.
Jarinya menunjuk ke arah peserta yang melintas sambil tergopoh-gopoh menenteng segepok kartu anggota baru berikut tanda peserta kongres. Ada juga yang sibuk mendata anggota rombongan yang belum memperoleh kartu anggota dan tanda peserta. Sekilas terlihat daftar nama pegawai yang didaftarkan sebagai anggota dari berbagai unit kerja di instansinya. Saya tidak tahu, apakah sekarang setiap instansi Pemerintah memang mewajibkan akuntannya ikut IAI. Setahu saya, profesi akuntan sifatnya perorangan. Bukan perkumpulan pegawai instansi swasta apalagi pemerintah. Tapi, bisa jadi sayalah yang ketinggalan informasi.
Tak kuasa menahan penasaran, saya beranikan diri bertanya kepada mereka. “Kalau pegawai instansi seperti kalian, berapa bayar iurannya ?” Sambil cekikikan mereka nyahut..”kita dari kantor gratis koq Mas”..Busyet ! Tidak percaya dengan omongannya, saya menyambangi salah seorang Panitia..”koq mereka gratis tidak bayar iuran anggota ?”..”oh mereka diurusin kantornya” Saya nyela ”maksudnya (bener) dibayari kantornya ?” …”ya gitu deh”…alamak…Enak betul ya jadi Akuntan Negara. Jadi anggota profesi pun bisa dibayari pakai duit negara..hehehe…
Dari investigasi kecil-kecilan, saya akhirnya menemukan “benang merah” kehadiran rombongan akuntan-akuntan berbatik ini. Diantara mereka (ternyata) sudah ada pembicaraan di belakang layar untuk saling mendukung kandidatnya masing-masing. Sang Kepala, yang tidak pe-de menghadapi tokoh muda dan profesional BUMN, ternyata meminta bala bantuan dari koleganya sesama Akuntan plat merah.
“There’s no free lunch”. Dukungan tadi tentu saja berbalas dukungan untuk sang sekutu menempatkan orangnya. Meski hanya selevel Anggota DPN. Pokoknya mirip sekali dengan gaya partai politik yang mendukung pasangan capres/cawapres untuk berharap posisi anggota kabinet. Kalkulasi politik semacam itu bikin saya bingung. IAI ini isinya politisi atau profesional, sih ?
Maka, saat sorenya Ketua IAI terpilih adalah Kepala lembaga non departemen dan anggota DPN bersuara terbanyak berasal dari akuntan lembaga tinggi negara, saya mafhum adanya. Tak mungkin perseorangan mampu “mendoktrin” ratusan Akuntan untuk bersuara sama. Kalau dia tidak punya “alat paksa” bernama jabatan. Mana ada biaya untuk memobilisasi sekian banyak Akuntan untuk hadir serentak bagi seorang “freelancer” seperti kawan saya bila maju pemilihan, kalau tidak punya dukungan dana. Tak peduli, andai kata dana yang dipakai itu bisa dikategorikan sebagai uang negara.
Pada akhirnya saya merenung. Apakah keharusan untuk tertib memakai kewenangan dan uang negara hanya berlaku bagi para Auditee mereka ? Lantas,  andai kedua institusi tertinggi di bidang pemeriksaan dan pengawasan keuangan negara tidak konsekuen dengan ajarannya, siapa yang bisa mengontrol ? Tatkala pegawai Pemda keluyuran saat jam kantor ditangkap satpol PP, lalu siapa yang bakal menangkap ratusan Akuntan Negara yang siang ini keluyuran di hotel untuk kepentingan pribadi mereka sendiri?
Sepulang dari kongres, kebanggaan teman saya terhadap organisasi profesinya mulai meluntur. Bagaimana bisa IAI mendapatkan tokoh pembaharu, kalau mekanisme pemilihan Ketua dan Anggota DPN-nya cenderung menguntungkan calon dari institusi yang memiliki akuntan bejibun, seperti BPK dan BPKP ? Apa akuntan di kedua institusi itu masih kurang sibuk, hingga pejabatnya masih perlu tambahan kesibukan baru seraya rela untuk mengerahkan massa ?
Saya sendiri tidak anti dengan namanya Akuntan plat merah. Banyak diantaranya yang memiliki kemampuan mengagumkan. Tapi, apa artinya itu semua, kalau “mind set” mereka masih seperti layaknya PNS zaman Pak Harto, yang diperintah apa saja manut ? Menikmati hidup dalam kekangan kemauan pimpinan, jadi “budak nafsu” atasan, layaknya olok-olok Korpri adalah “Korban Perintah” tadi? KatanyaPNS  sudah reformasi birokrasi ?
Peranan Akuntan non Pemerintah di IAI mestinya dioptimalkan. Sebagai alat kontrol “perilaku” Akuntan Pemerintah yang seringkali “abuse of power” alias mau menangnya sendiri. Tapi alih-alih jadi alat kontrol, yang terjadi adalah Akuntan Pemerintah justru makin mendominasi segala lini kebijakan akuntansi. Posisi sentral inilah yang pada akhirnya beresiko timbul“power tends to corrupt”. Hanya berpindah waktu dan tempat. Dari semula pagi di kantor instansi, menjadi sore/malam di kantor organisasi.
Masyarakat pantas khawatir bila IAI lambat laun menjelma sebagai lembaga birokrasi baru. Struktur organisasi dilebarkan, bukan semata karena beban kerja. Melainkan untuk back up mengisi potensi kekosongan, manakala anggota DPN ada yang sukses lompat posisi di pemerintahan/BUMN. Organisasi layaknya kendaraan penjangkau jabatan atau akses ke lini Pemerintahan. Selama kesempatan itu belum kesampaian, organisasi tetap bisa dipakai sarana mencari order kerja dan proyek. Dan tak lupa cantolan nama, koneksi pejabat, yang semuanya bernuansa “profit oriented”.
Tak terhitung suara nyinyir yang memandang IAI tak ubahnya lembaga penuh “kepentingan”. Dari sekedar kepentingan cari bahan skripsi sampai slentingan “nitip” standar akuntansi. Awalnya saya tak percaya. Tapi pengalaman pribadi sulit rasanya melawan pandangan tadi.
Dari proses pemilihan Ketua DPN IAI yang hari ini saya datangi, ada beberapa kondisi yang bisa menebarkan aroma perilaku tak beretika dan tak berintegritas, setidaknya :
1. Peserta kongres tidak dibatasi masa pendaftaran keanggotaanprofesinya. Semestinya DPN IAI tidak membuka/menerima pendaftaran anggota baru menjelang atau pada saat kongres. Karena agenda utamanya memilih Ketua/Anggota DPN baru. Situasi begini rawan dimanfaatkan. Kebijakan seperti itu perlu dilakukan guna menghindari pemilih “dadakan” dan “siluman” yang rajin muncul pada saat pemungutan suara. Di pelaksanaan Pilkada hal ini sudah diterapkan. Para pamong  tidak  berani seenak hati menerbitkan KTP baru di masa-masa kampanye calon pimpinan daerah.
2. Tidak ada paparan visi dan misi serta program dari para kandidat ketua DPN. Atau mungkin karena para kandidat sudah bisa mendatangkan ratusan pegawai kantornya, sehingga tidak perlu lagi repot-repot meyakinkan Anggota IAI yang akan memilihnya.
3. Pelaksanaan pemilihan Ketua DPN dilakukan saat hari/jam kerja. Hal ini bisa mendorong timbulnya penyalahgunaan jabatan dan kewenangan. Para pegawai/bawahan pun tidak punya pilihan untuk hadir atau tidak hadir, jika tidak ingin dianggap mangkir. Konyolnya, kendaraan dinas kantor pun turut digunakan demi menyukseskan ambisi dan kepentingan sang pimpinan. Lebih gila lagi, untuk datang ke kongres beberapa peserta disinyalir mendapat uang perjalanan dinas dari Negara. Subhanallah ! Saya yakin kalau pelaksanaan pemilihan Ketua DPN di kongres IAI kemarin dilakukan saat hari libur, hasilnya akan berbeda. Hanya mereka yang benar-bener niat sukarela tanpa paksaan lah yang akan hadir di kongres.
4. Organisasi menikmati kondisi yang tidak mencerminkan “pengendalian intern”, yang selama ini jadi jargon sebagian besar Akuntan. Malam tadi IAI jelas meraup ratusan juta uang iuran keanggotaan. Meski sebagian diantaranya seumur-umur jadi Akuntan belum pernah tahu dimana kantor IAI. Tak peduli juga kalau uang iuran itu sepantasnya tidak diterima, karena bisa “mendzalimi” kandidat yang berniat mulia ke organisasi. Organisasi seolah tutup mata, kalau uang iuran untuk melegalisir pemilih “musiman” atau malah “siluman”. Pokoknya bayar, habis urusan. Yang penting duit !
5. Tidak ada cek yang memadai atas kebenaran data peserta kongres. Jadi, jangan kaget andai ada cleaning service hotel yang tidak tahu apa itu akuntan, asal bisa nulis angka di kolom register, langsung bisa dapat tanda peserta kongres.
So, kejadian di kongres IAI hari ini memberikan pelajaran berharga bagi masyarakat seperti saya. Bahwa sangat tidak mudah menjalankan apa itu etika dan integritas, terutama bagi diri sendiri. Akuntan boleh sangat persisten menerapkan standar profesionalisme dengan mengagung-agungkan kedua hal di atas. Plus, sangat rewel soal “pengendalian intern” ke Auditeenya. Tapi, saat menyangkut kepentingan mereka sendiri, ternyata hal-hal tersebut bisa begitu saja diabaikan.
Saya jadi salut dengan tukang ojek di ujung gang rumah. Mereka bisa lebih bijak memilih siapa yang pantas jadi pimpinan daerahnya. Tidak asal menerima order pemenangan salah satu kandidat. Meski sudah terima uang transport dan kaos kampanye. Merekapun bisa kepikiran mengadu ke MK, bila hasil pemilihan ternyata tidak fair dan penuh intrik. Kebebasan dan keberanian berpikir seperti itu  yang semalam nisbi di sebagian besar akuntan peserta kongres.
Saat kami asyik merenung..tiba-tiba plung !..Tak sengaja kartu anggota IAI teman saya seharga ratusan ribu di saku baju terjatuh ke selokan depan rumahnya.

Jumat, 03 Desember 2010

Kasus HIV/AIDS di Indonesia 22 Ribu Lebi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menko Kesra Agung Laksono mengatakan, hingga 30 September 2010 jumlah kasus AIDS secara kumulatif tercatat 22.726 kasus yang tersebar di 32 propinsi di 300 kabupaten/kota. "Dari jumlah itu, masih didominasi oleh kelompok usia produktif yakni (20-29) 47,8 persen, kelompok umur (30-39) 30,9 persen, dan kelompok umur (40-49) sebanyak 9,1 persen," ungkapnya.
Agung menambahkan, kasus terbanyak terjadi di sepuluh propinsi yakni DKI Jakarta, Jawa barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Papua, Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara dan Riau. Sedangkan cara penularan terjadi melalui hubungan heteroseksual (51,3 persen), pengguna narkoba suntik (39,6 persen), lelaki seks lelaki (3,1 persen) dan ibu pengidap kepada bayinya (2,6 persen).
Ia mengemukakan hal itu pada peringatan puncak Hari Kesehatan Nasional ke-46 dan peringatan puncak Hari AIDS se-Dunia di Jakarta, Jumat. Hadir dalam acara itu Menteri Kesehatan Endang Sedyaningsih, Menteri Pendidikan Nasional M Nuh, Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan Linda Gumelar.
Pada kesempatan itu, Wapres Boediono menyerahkan penghargaan kepada individu dan institusi yang berjasa di bidang kesehatan. Tanda penghargaan Manggala Karya Bakti Husada Aditya diberikan kepada daerah Kabupaten Sleman, Pemerintah Kabupatebn Lumajang, Pemerintah DI Yogyakarta. Sedangkan Tanda Penghargaan Ksatria Bakti Husada Aditya diberikan kepada Kepala Daerah Gubernur Maluku dan Walikota Metro Lampung.

Tiga Termuda di Daftar Terkaya

Tiga Termuda di Daftar Terkaya

Siapa saja orang-orang muda di daftar 40 terkaya majalah Forbes Indonesia? Ada dua orang yang masih berusia 30-an tahun, dan seorang berusia 41 tahun.
Di posisi 20 ada Ciliandra Fangiono, 34 tahun, dengan kekayaan sebesar USD 1,1 miliar. Dia mengepalai First Resources yang mengelola 100 ribu hektar lahan minyak kelapa sawit di Sumatra dan Kalimantan. Bersama sejumlah saudaranya, Ciliandra menguasai 85 persen saham perusahaan itu. First Resources didirikan Martias, ayah Ciliandra, yang sejak 2003 tak banyak melibatkan diri di perusahaan itu.
Agus Lasmono Sudwikatmono, 39 tahun, memiliki kekayaan sebesar USD 845 juta. Dia adalah wakil presiden komisaris di Indika Energy, penambang batu bara. Agus adalah putra eksekutif papan atas dari grup Salim, Sudwikatmono--sepupu mantan presiden Soeharto.
Lalu ada Sandiaga Uno, 41 tahun. Ia tercatat berkekayaan USD 795 juta, hampir dua kali lipat tahun sebelumnya yang USD 400 juta. Ia ikut mendirikan Saratoga Capital bersama Edwin Soeryadjaya (di posisi 13 terkaya) pada 1998. Ia juga turut mengangkat Adaro Energy ke salah satu perusahaan penambang batu bara kedua terbesar di Indonesia. Tahun ini, ia sempat mencalonkan diri menjadi kepala Kamar Dagang Indonesia, tapi gagal.

Kamis, 02 Desember 2010

Makan di Warteg Langsung Kena Pajak

Makan di Warteg Langsung Kena Pajak 


Hery Winarno/detikcom

Jakarta - Untuk menggenjot pendapatan asli daerah (PAD) Pemprov DKI Jakarta akan mengenakan pajak restoran kepada pengusaha warteg. Pungutan sebesar 10 persen dari total pembayaran usai pelanggan menikmati hidangan di warteg.

Tidak ada struk khusus dalam pajak warteg ini, Pemprov DKI Jakarta menggunakan sistem 'self assesment' untuk menarik pajak tersebut.

"Jadi kita gunakan sistem 'self assesment', artinya pengusaha warteg sendiri yang membayarkan nilai pajaknya ke kas daerah. Jadi setiap pelanggan makan langsung kena pajak 10 persen, pajak itu dikumpulkan dan tiap bulan diserahkan ke kas," ujar Kepala Bidang Peraturan dan Penyuluhan Dinas Pelayanan Pajak Provinsi DKI Jakarta, Arif Susilo, kepada detikcom, Rabu (1/12/2010).

Sebelum hal tersebut dilakukan jajaran Dinas Pelayanan Pajak DKI terlebih dahulu akan melakukan pendataan terhadap warteg yang bisa dikenakan pajak. Warteg yang akan dikenakan pajak, adalah yang beromzet lebih dari Rp 60 juta pertahunnya.

"Pengusaha warteg menghitung sendiri pajaknya, tiap bulan dia akan menyetorkan pajaknya ke Badan Pengelolaan Keuangan Daerah dengan menyerahkan surat setoran pajak daerah (SSPD). Uang tersebut akan masuk ke kas daerah dan akan digunakan untuk kepentingan daerah," terangnya.

Arif mengimbau agar pengusaha warteg yang memiliki penghasilan di atas Rp 60 juta per tahun, sukarela mendaftarkan dirinya ke Dinas Pelayanan Pajak. Kemudian, pihaknya akan melakukan pemantauan dan monitoring dengan melihat catatan keuangan pengusaha warteg tersebut.

“Jika mereka memenuhi syarat, kita berikan nomor pokok wajib pajak daerah (NPWPD). Nanti mereka memberikan setoran pajak ke kantor Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD), melalui unit kas daerah yg ada di kecamatan. Nanti kita akan kembangkan lagi kantor-kantor ini agar ada di seluruh kecamatan,” tandasnya.

Pajak restoran yang akan dikenakan kepada warteg ini berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 22 dan 23 UU 28/2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang menjadi payung hukum bagi Pemprov DKI Jakarta mengenakan pajak restoran sebesar 10 persen untuk warteg.

Berikut bunyi pasal 22 dan 23 UU No 28/2009 tentang Pajak Daerah:

Pasal 22 Pajak Restoran adalah pajak  atas  pelayanan yang disediakan oleh restoran.

Pasal 23 Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering.




Kamis, 25 November 2010

Ikan Arowana Rp 1 Miliar Mejeng di Pameran Ikan Hias Terbesar

- Gelaran Indonesia Pets Plants Aquatic EXPO (IPPAE) 2010  kembali berlangsung dari tanggal  3-12 Desember 2010. Pameran ikan hias terbesar di Indonesia ini akan menampilkan seekor ikan Arowana seharga Rp 1 miliar, tahun lalu IPPAE juga menampilkan ikan sejenis dengan harga Rp 500 juta dan laris terjual.

"Di IPPAE tahun ini akan dipamerkan ikan arowana albino super red mata merah. Sudah ditawar dari luar sampai Rp 1 miliar," kata Ketua umum Arowana Club Indonesia Stephen Suryaatmadja kepada detikFinance, Jumat (26/11/2010).

Stephen menuturkan ikan arowana super mahal itu saat ini siap dipamerkan di ajang IPPAE. Menurutnya, ikan arowana tersebut merupakan hasil penangkaran petambak asal Pontianak, Kalimantan Barat.

"Ikan arowana albino super red itu padahal masih kecil baru sepanjang 20 cm. Saya tak bisa sebutkan nama pemiliknya," jelasnya.

Dikatakannya, ikan mewah itu salah satu contoh bahwa Indonesia memiliki potensi pengembangan ikan arowana tingkat dunia. Selama ini harga ikan hias asal Indonesia cukup tinggi di pasar internasional.

Misalnya saja  harga anakan arowana super red dihargai  Rp 20 juta setara sepuluh kali lebih mahal dibandingkan harga ikan tersebut di dalam negeri. 

IPPEA tahun 2010 baru dibuka mulai tanggal 3-12 Desember 2010 di WTC Mangga Dua, Jakarta. Dari pameran  ini ditargetkan transaksi mencapai Rp 5 miliar.

Pameran ini juga diikuti oleh para peserta dari dalam dan luar negeri seperti  Singapura, Thailand, dan Taiwan dan  Malaysia. Ajang ini juga melibatkan puluhan komunitas seperti komunitas ikan hias, tanaman hias dan reptil.

Jenis-jenis ikan yang akan dipamerkan dan dilombakan adalah arowana, koki, louhan, cupang, discus, monsterfish, koi. IPPAE juga memamerkan berbagai jenis ikan, reptil dan berbagai jenis tanaman hias.
(hen/qom) 
Tak Sanggup Tekan Harga, Pemerintah Terpaksa Impor Beras
Ramdhania El Hida - detikFinance 


Jakarta - Harga bahan makanan pokok yaitu beras kembali liar beberapa hari ini, pemerintah menyatakan sudah melakukan berbagai cara. Salah satu cara yang dinilai ampuh adalah menambah stok beras Bulog lewat impor.

Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan sampai saat ini Indonesia yang merupakan salah satu negara penghasil beras, telah mengimpor 500 ribu ton beras untuk pasokan Bulog.

"Kita tetap menjaga stok di Bulog sebesar 1,5 juta ton. Untuk itu Bulog mengadakan impor. Sampai saat ini masuk 500 ribu ton," ujarnya saat ditemui di Kantornya, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Jumat (26/11/2010).

Selain itu, lanjut Hatta, dirinya juga telah melakukan operasi pasar dengan menggelontorkan 40% atau sekitar 1.000 ton pasokan beras dari Pasar Induk Beras Cipinang. 

"Operasi pasar biasa kita lakukan. Hari-hari ini 40% pasokan dari pasar Cipinang, itu 1.000 ton," ujarnya.

Namun, ketika ditanya target pemerintah mengenai kapan harga komoditas tersebut diharapkan menurun dan berapa target penurun tersebut, Hatta belum bisa menjawab.

"Yang jelas, kita kendalikan harga agar yang di pasar tidak tinggi," pungkasnya.

Selain beras, Hatta juga mengakui adanya kenaikan harga minyak goreng yang diakibatkan oleh kenaikan harga CPO dunia yang sempat menyentuh US$ 1.100/ton.

"Memang minyak goreng ini sampai US$ 1.100 berdampak pada kebijakan untuk melindungi," tukas Hatta.

(nia/dnl) 

SEJARAH IKATAN AKUNTANSI INDONESIA (IAI


Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata spritiual dan material berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Karenanya, adalah kewajiban bagi setiap warga negara untuk berdarma bakti sesuai dengan profesi dan keahlian masing-masing.

Sejalan dengan itu, pengembangan profesi akuntan ditujukan untuk meningkatkan pengabdian profesi dalam Pembangunan Nasional, yang pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia dan Pembangunan Masyarakat Indonesia. Para akuntan menyadari perlunya dukungan secara sistematis dan tertib demi pemeliharaan serta peningkatan kompetensi profesionalnya, maka merasa perlu untuk dibina, dibimbing, difasilitasi, dan diingatkan secara profesional.

Dalam rangka pembinaan tersebut, perlu adanya wadah yang mewakili akuntan secara keseluruhan, menetapkan standar kualitas, mengembangkan dan menegakkan etika profesi, memelihara martabat dan kehormatan, membina moral dan integritas yang tinggi, mewujudkan kepercayaan atas hasil kerja profesi akuntan dan wadah komunikasi, konsultasi, koordinasi serta usaha-usaha bersama lainnya yang diperlukan. Menyadari akan hal tersebut maka para akuntan bergabung dalam wadah organisasi yaitu Ikatan Akuntan Indonesia.

Pada waktu Indonesia merdeka, hanya ada satu orang akuntan pribumi, yaitu Prof. Dr. Abutari, sedangkan Prof. Soemardjo lulus pendidikan akuntan di negeri Belanda pada tahun 1956.

Akuntan-akuntan Indonesia pertama lulusan dalam negeri adalah Basuki Siddharta, Hendra Darmawan, Tan Tong Djoe, dan Go Tie Siem, mereka lulus pertengahan tahun 1957. Keempat akuntan ini bersama dengan Prof. Soemardjo mengambil prakarsa mendirikan perkumpulan akuntan untuk bangsa Indonesia saja. Alasannya, mereka tidak mungkin menjadi anggota NIVA (Nederlands Institute Van Accountants) atau VAGA (Vereniging Academisch Gevormde Accountants). Mereka menyadari keindonesiaannya dan berpendapat tidak mungkin kedua lembaga itu akan memikirkan perkembangan dan pembinaan akuntan Indonesia.

Hari Kamis, 17 Oktober 1957, kelima akuntan tadi mengadakan pertemuan di aula Universitas Indonesia (UI) dan bersepakat untuk mendirikan perkumpulan akuntan Indonesia. Karena pertemuan tersebut tidak dihadiri oleh semua akuntan yang ada maka diputuskan membentuk Panitia Persiapan Pendirian Perkumpulan Akuntan Indonesia. Panitia diminta menghubungi akuntan lainnya untuk menanyakan pendapat mereka. Dalam Panitia itu Prof. Soemardjo duduk sebagai ketua, Go Tie Siem sebagai penulis, Basuki Siddharta sebagai bendahara sedangkan Hendra Darmawan dan Tan Tong Djoe sebagai komisaris. Surat yang dikirimkan Panitia kepada 6 akuntan lainnya memperoleh jawaban setuju.

Perkumpulan yang akhirnya diberi nama Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) akhirnya berdiri pada 23 Desember 1957, yaitu pada pertemuan ketiga yang diadakan di aula UI pada pukul 19.30.

Susunan pengurus pertama terdiri dari:

Ketua
Prof. Dr. Soemardjo Tjitrosidojo

Panitera
Drs. Mr. Go Tie Siem

Bendahara
Drs. Sie Bing Tat (Basuki Siddharta)

Komisaris
Dr. Tan Tong Djoe
Drs. Oey Kwie Tek (Hendra Darmawan)

Keenam akuntan lainnya sebagai pendiri IAI adalah

1. Prof. Dr. Abutari
2. Tio Po Tjiang
3. Tan Eng Oen
4. Tang Siu Tjhan
5. Liem Kwie Liang
6. The Tik Him

Konsep Anggaran Dasar IAI yang pertama diselesaikan pada 15 Mei 1958 dan naskah finalnya selesai pada 19 Oktober 1958. Menteri Kehakiman mengesahkannya pada 11 Pebruari 1959. Namun demikian, tanggal pendirian IAI ditetapkan pada 23 Desember 1957. Ketika itu, tujuan IAI adalah:

1. Membimbing perkembangan akuntansi serta mempertinggi mutu pendidikan akuntan.
2. Mempertinggi mutu pekerjaan akuntan.

Sejak pendiriannya 49 tahun lalu, kini IAI telah mengalami perkembangan yang sangat luas. Hal ini merupakan perkembangan yang wajar karena profesi akuntan tidak dapat dipisahkan dari dunia usaha yang mengalami perkembangan pesat. Salah satu bentuk perkembangan tersebut adalah meluasnya orientasi kegiatan profesi, tidak lagi semata-mata di bidang pendidikan akuntansi dan mutu pekerjaan akuntan, tetapi juga upaya-upaya untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat dan peran dalam perumusan kebijakan publik.

Misi

*

memelihara integritas, komitmen, dan kompetensi anggota dalam pengembangan manajemen bisnis dan publik yang berorientasi pada etika, tanggungjawab, dan lingkungan hidup;
*

mengembangkan pengetahuan dan praktek bisnis, keuangan, atestasi, non-atestasi, dan akuntansi bagi masyarakat; dan
*

berpartisipasi aktif di dalam mewujudkan good governance melalui upaya organisasi yang sah dan dalam perspektif nasional dan internasional.

Visi

Visi IAI adalah menjadi organisasi profesi terdepan dalam pengembangan pengetahuan dan praktek akuntansi, manajemen bisnis dan publik, yang berorientasi pada etika dan tanggungjawab sosial, serta lingkungan hidup dalam perspektif nasional dan internasional.

Selasa, 23 November 2010

Dana Asing ke Luar Lebih Besar daripada yang Masuk

JAKARTA--MICOM: Aliran dana asing keluar (capital outflow) kembali berlanjut pada periode 15-19 November 2010. Capital outflow tercatat mencapai Rp1,12 triliun dari pasar keuangan domestik. 

"Meskipun pada akhir pekan investor kembali masuk ke pasar SUN (surat utang negara), namun belum mampu mengimbangi angka outflow SUN pada hari-hari sebelumnya dalam sepekan terakhir," ungkap Kepala Biro Hubungan Masyarakat Bank Indonesia (BI) Difi Ahmad Johansyah melalui pesan elektronik, Selasa (23/11). 

Kepemilikian SUN asing masih tercatat turun sebesar Rp2,1 triliun hingga menurunkan pangsa SUN asing dari 30,75% jadi 30,46%. Kepemilikan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) asing pada periode yang sama naik sedikit, yaitu sebesar Rp940 miliar. 

Itu membuat pangsa SBI asing naik dari 29,57% menjadi 30,2%. 

Pada pasar saham domestik, sentimen positif pasar keuangan dalam negeri berhasil mengimbangi sentimen negatif yang bersumber dari pelemahan sebagian besar bursa Eropa dan Asia. (OL-5)

Dua Kartu Merah Warnai Kemenangan Madrid


diambil dari duniasoccer.com

Kepastian lolos dari Grup G tak lantas membuat Real Madrid puas. Bertandang ke Amsterdam ArenA markas Ajax Amsterdam, El Real memastikan status mereka sebagai juara grup berkat kemenangan besar 4-0, (23/11).
Ironisnya, kemenangan telak Madrid ini harus dihiasi dua kartu merah yang diterima pemainnya Xabi Alonso dan Sergio Ramos. Untungnya dua kartu merah itu hadir saat Madrid sudah lebih du,lu memastikan keunggulan empat gol.
Kendati tak diperkuat beberapa pilar utamanya seperti Sami Khedira, Gonzalo Higuain dan Ricardo Carvalho, Madrid tetap tampil mendominasi sejak awal laga. 
Lassana Diarra yang diplot sebagai pengganti Khedira ternyata tampil cukup apik di laga ini. Pedro Leon yang menempati posisi trisula gelandang serang bersama Mesut Oezil dan Cristiano Ronaldo pun tampil cukup baik dalam menopang Karim Benzema yang menjadi ujung tombak utama menggantikan Higuain.
Setelah sempat kesulitan membongkar pertahanan Ajax di awal-awal laga, Madrid akhirnya mampu membuka skor melalui gol indah Benzema pada menit ke-36. 
Tak cukup sampai disitu, serangan gencar Madrid terus berlanjut. Berawal dari pelanggaran di luar kotak penalti, wasit menghadiahi tendangan bebas untuk Madrid yang seperti biasa dieksekusi oleh Ronaldo.
Sepakkan Ronaldo sempat membentur pagar betis lawan, namun bola muntah segera disambar Alvaro Arbeloa lewat sepakkan kaki kanan jarak jauh yang bersarang telak di pojok gawang Marteen Stekelenburg.
Gol Arbeloa pada menit ke-44 ini sekaligus menutup babak pertama dengan skor 2-0 untuk Madrid. Bukan hanya itu, dominasi El Real terlihat dari total 13 kali tendangan dan 7 kali mengarah tepat ke gawang Stekelenburg. Sedangkan Ajax belum sekalipun mengancam gawang Iker Casillas.
Memasuki babak kedua, serangan bergelombang Madrid terus berlanjut. Hasilnya, pada menit ke-70 giliran Ronaldo yang turut mencatatkan namanya di papan skor melalui gol ke-50 sepanjang kariernya di Madrid.
Tak puas sampai disitu, Ronaldo kembali membukukan gol keduanya di laga ini saat laga tersisa sembilan menit lagi melalui eksekusi penalti Ronaldo.
Sayang, kemenangan Madrid sedikit ternoda dengan dua kartu merah yang diterima dua pemainnya di sisa tiga menit terakhir. Xabi Alonso diganjar kartu kuning kedua pada menit ke-87, diikuti Ramos yang juga menerima kartu kuning kedua di ujung laga.
Hasil ini membuat Madrid mantap di posisi puncak klasemen Grup G dengan koleksi 13 poin, ungul lima angka dari AC Milan yang juga memastikan lolos setelah menang atas auxerre.

pengertian akuntansi

Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya keputusan di dalam perusahaan, organisasi, dan lembaga pemerintah. Akuntansi adalah seni dalam mengukur, berkomunikasi dan menginterpretasikan aktivitas keuangan. Secara luas, akuntansi juga dikenal sebagai "bahasa bisnis".[1] Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, atau pemilik. Pencatatan harian yang terlibat dalam proses ini dikenal dengan istilah pembukuan. Akuntansi keuangan adalah suatu cabang dari akuntansi dimana informasi keuangan pada suatu bisnis dicatat, diklasifikasi, diringkas, diinterpretasikan, dan dikomunikasikan. Auditing, satu disiplin ilmu yang terkait tapi tetap terpisah dari akuntansi, adalah suatu proses dimana pemeriksa independen memeriksa laporan keuangan suatu organisasi untuk memberikan suatu pendapat atau opini - yang masuk akal tapi tak dijamin sepenuhnya - mengenai kewajaran dan kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.

Praktisi akuntansi dikenal sebagai akuntan. Akuntan bersertifikat resmi memiliki gelar tertentu yang berbeda di tiap negara. Contohnya adalah Chartered Accountant (FCA, CA or ACA), Chartered Certified Accountant (ACCA atau FCCA), Management Accountant (ACMA, FCMA atau AICWA), Certified Public Accountant (CPA), dan Certified General Accountant (CGA). Di Indonesia, akuntan publik yang bersertifikat disebut CPA Indonesia (sebelumnya: BAP atau Bersertifikat Akuntan Publik).

akuntansi biaya

Definisi
Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya menurut beberapa pakar
Menurut Schaum

Akuntansi biaya adalah suatu prosedur untuk mencatat dan melaporkan hasil pengukuran dari biaya pembuatan barang atau jasa. Fungsi utama dari Akuntansi Biaya: Melakukan akumulasi biaya untuk penilaian persediaan dan penentuan pendapatan.
Menurut Carter dan Usry

Akuntansi biaya adalah penghitungan biaya dengan tujuan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian, perbaikkan kualitas dan efisiensi, serta pembuatan keputusan yang bersifat rutin maupun strategis.
[sunting]
Objek biaya

Objek biaya (cost object) atau tujuan biaya (cost objective)[1] adalah sebagai suatu item atau aktivitas yang biayanya diakumulasi dan diukur. Berikut adalah aktivitas atau item-item yang dapat menjadi objek biaya:
Produk, Proses
Batch dari unit-unit sejenis , Departemen
Pesanan pelanggan, Divisi
Kontrak, Proyek
Lini produk, Tujuan strategis
[sunting]
Pendekatan akuntansi biaya

Ada tiga pendekatan yang biasa dilakukan untuk akuntansi biaya, yaitu biaya standar (standard costing), biaya berdasarkan kegiatan (activity-based costing), dan biaya berdasarkan hasil (throughput accounting).
[sunting]
Revolusi dalam akuntansi biaya

Akuntansi biaya telah mengalami perubahan yang dramatis, dimana perkembangan sistem komputer hampir menghapuskan pembukuan secara manual. Akuntansi biaya kini telah menjadi kebutuhan nyata dalam semua organisasi termasuk bank, organisasi profesional, serta lembaga pemerintah. Dewasa ini telah banyak perusahaan yang memasang metode pabrikasi produk, perdagangan produk, atau pemberian jasa dengan bantuan komputer. Adanya teknologi ini telah sangat memberikan dampak terhadap akuntansi biaya. [2]
[sunting]
Pengajaran dalam akuntansi biaya

Banyak bahan pelajaran yang diajarkan dalam akuntansi biaya, dimana kesemuanya selalu berkaitan dengan biaya-biaya yang mungkin timbul dalam proses produksi. Pembelajaran yang dilakukan dalam akuntansi biaya antara lain mengenai penentuan harga pokok produk: bersama dan sampingan, harga pokok proses, pembiayaan: biaya variabel dan biaya tetap, biaya overhead pabrik, departementalasi biaya overhead, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja: langsung dan tidak langsung, pengendalian biaya, serta analisis biaya pemasaran.
[sunting]
Manfaat akuntansi biaya

Akuntansi biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat bagi manajemen untuk memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis, serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya. Manfaat biaya adalah menyediakan salah satu informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam mengelola perusahaannya, yaitu untuk perencanaan dan pengendalian laba; penentuan harga pokok produk dan jasa; serta bagi pengambilan keputusan oleh manajemen.[3]
[sunting]
Keterbatasan dalam sistem akuntansi biaya

Dalam akuntansi biaya juga terdapat beberapa kekurangan yang menyertainya, terutama dalam sistem akuntansi biaya yang telah ketinggalan zaman. Gejala-gejala dari sistem biaya yang ketinggalan zaman diantaranya ialah hasil dari penawaran sulit dijelaskan, harga pesaing nampak lebih rendah sehingga kelihatan tidak masuk akal, produk-produk yang sulit diproduksi menunjukkan laba yang tinggi, manajer operasional berkeinginan menghentikan produk-produk yang kelihatan menguntungkan, marjin laba sulit dijelaskan, pelanggan tidak mengeluh atas biaya naiknya harga, departemen akuntansi menghabiskan banyak waktu hanya untuk memberi data biaya bagi proyek khusus, dan biaya produk berubah karena adanya perubahan peraturan pelaporan.[3]